< ibriṇaḥ 4 >

1 aparaṁ tadviśrāmaprāpteḥ pratijñā yadi tiṣṭhati tarhyasmākaṁ kaścit cet tasyāḥ phalena vañcito bhavet vayam etasmād bibhīmaḥ|
Hendaklah pengalaman mereka itu membuatmu takut! ‘Hari ini’ janji Allah tentang kesempatan memasuki ‘negeri tenang’ itu masih berlaku bagi kita. Oleh karena itu, jangan sampai ada yang gagal mendapatkannya!
2 yato 'smākaṁ samīpe yadvat tadvat teṣāṁ samīpe'pi susaṁvādaḥ pracārito 'bhavat kintu taiḥ śrutaṁ vākyaṁ tān prati niṣphalam abhavat, yataste śrotāro viśvāsena sārddhaṁ tannāmiśrayan|
Sebab kita sudah menerima berita keselamatan dari Kristus sama seperti nenek moyang kita mendengar berita keselamatan dari Musa. Perbedaannya, bagi kebanyakan mereka berita itu tidak ada gunanya karena mereka tidak percaya seperti sebagian kecil yang percaya.
3 tad viśrāmasthānaṁ viśvāsibhirasmābhiḥ praviśyate yatastenoktaṁ, "ahaṁ kopāt śapathaṁ kṛtavān imaṁ, pravekṣyate janairetai rna viśrāmasthalaṁ mama|" kintu tasya karmmāṇi jagataḥ sṛṣṭikālāt samāptāni santi|
Tetapi kita yang percaya dipersilakan untuk masuk sekarang dan mendapatkan ketenangan yang luar biasa dalam perlindungan Allah. Kita tidak seperti umat Israel yang gagal mendapatkan ketenangan itu. Seperti kata Firman Allah, “Jadi, dalam murka itu Aku bersumpah, ‘Mereka tidak akan pernah memasuki negeri-Ku yang tenang.’” Dia berkata begitu walaupun negeri itu sudah disiapkan bagi umat-Nya, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah sudah selesai sejak penciptaan dunia ini.
4 yataḥ kasmiṁścit sthāne saptamaṁ dinamadhi tenedam uktaṁ, yathā, "īśvaraḥ saptame dine svakṛtebhyaḥ sarvvakarmmabhyo viśaśrāma|"
Dari mana kita tahu? Karena Allah sudah berkata dalam Kitab Suci, “Dan pada hari ketujuh Allah berhenti dari semua pekerjaan-Nya dalam menciptakan segala sesuatu.”
5 kintvetasmin sthāne punastenocyate, yathā, "pravekṣyate janairetai rna viśrāmasthalaṁ mama|"
Namun tentang perhentian itu, ayat lain menuliskan, “Mereka tidak akan pernah masuk ke dalam negeri-Ku yang tenang.”
6 phalatastat sthānaṁ kaiścit praveṣṭavyaṁ kintu ye purā susaṁvādaṁ śrutavantastairaviśvāsāt tanna praviṣṭam,
Artinya, negeri itu masih terbuka dan kita masih mempunyai kesempatan untuk masuk ke situ. Nenek moyang kita yang sudah lebih dulu mendengar Kabar Baik justru gagal untuk masuk karena mereka tidak mau percaya kepada Allah.
7 iti hetoḥ sa punaradyanāmakaṁ dinaṁ nirūpya dīrghakāle gate'pi pūrvvoktāṁ vācaṁ dāyūdā kathayati, yathā, "adya yūyaṁ kathāṁ tasya yadi saṁśrotumicchatha, tarhi mā kurutedānīṁ kaṭhināni manāṁsi vaḥ|"
Karena itu, bertahun-tahun kemudian Allah menentukan lagi suatu hari yang lain sebagai kesempatan untuk memasuki negeri itu, yakni ayat dari Mazmur tadi yang menyebutkan “hari ini,” di mana Allah berbicara tentang hari tersebut melalui Raja Daud, “Hari ini, ketika kamu mendengar suara-Ku, janganlah keraskan hatimu seperti nenek moyangmu.”
8 aparaṁ yihośūyo yadi tān vyaśrāmayiṣyat tarhi tataḥ param aparasya dinasya vāg īśvareṇa nākathayiṣyata|
Seandainya Yosua sudah berhasil membawa bangsa Israel masuk ke ‘negeri tenang’ yang dijanjikan Allah, maka tidak mungkin Allah menentukan kesempatan lain untuk masuk ke sana!
9 ata īśvarasya prajābhiḥ karttavya eko viśrāmastiṣṭhati|
Hal itu menunjukkan bahwa masih ada kesempatan bagi kita umat Allah untuk memasuki ‘negeri tenang’ milik Allah itu— suatu ketenangan rohani yang bisa digambarkan seperti berhenti bekerja pada hari Sabat.
10 aparam īśvaro yadvat svakṛtakarmmabhyo viśaśrāma tadvat tasya viśrāmasthānaṁ praviṣṭo jano'pi svakṛtakarmmabhyo viśrāmyati|
Semua yang masuk ke negeri itu beristirahat dari segala pekerjaan mereka masing-masing, sama seperti Allah sampai sekarang masih berhenti dari segala pekerjaan-Nya sejak hari ketujuh yang pertama dulu.
11 ato vayaṁ tad viśrāmasthānaṁ praveṣṭuṁ yatāmahai, tadaviśvāsodāharaṇena ko'pi na patatu|
Karena itu, marilah kita dengan tekun berusaha untuk memastikan bahwa kita sudah masuk dan tinggal di dalam ‘negeri tenang’ itu. Jangan ada seorang pun yang gagal seperti nenek moyang kita, karena mereka menolak percaya kepada Allah.
12 īśvarasya vādo'maraḥ prabhāvaviśiṣṭaśca sarvvasmād dvidhārakhaṅgādapi tīkṣṇaḥ, aparaṁ prāṇātmano rgranthimajjayośca paribhedāya vicchedakārī manasaśca saṅkalpānām abhipretānāñca vicārakaḥ|
Sekarang jelaslah bahwa Firman Allah sungguh hidup dan berkuasa! Kekuatannya lebih tajam daripada pedang bermata dua yang paling tajam sekalipun. Firman Allah sangat berkuasa sampai bisa menembus batin kita, sehingga dapat menyingkapkan pikiran, keinginan, dan niat hati kita yang sebenarnya.
13 aparaṁ yasya samīpe svīyā svīyā kathāsmābhiḥ kathayitavyā tasyāgocaraḥ ko'pi prāṇī nāsti tasya dṛṣṭau sarvvamevānāvṛtaṁ prakāśitañcāste|
Tidak ada makhluk yang dapat menyembunyikan diri dari Allah. Segala sesuatu terlihat jelas oleh Dia, bahkan seluruh isi hati kita terbuka di hadapan-Nya. Kelak, setiap orang akan berdiri dan memberi pertanggungjawaban kepada-Nya.
14 aparaṁ ya uccatamaṁ svargaṁ praviṣṭa etādṛśa eko vyaktirarthata īśvarasya putro yīśurasmākaṁ mahāyājako'sti, ato heto rvayaṁ dharmmapratijñāṁ dṛḍham ālambāmahai|
Bersyukurlah karena kita memiliki Imam Agung yang luar biasa, yaitu Yesus Anak Allah, yang sudah mendahului kita ke surga. Oleh sebab itu, marilah kita tetap berpegang teguh kepada Yesus sesuai dengan keyakinan yang sudah kita akui.
15 asmākaṁ yo mahāyājako 'sti so'smākaṁ duḥkhai rduḥkhito bhavitum aśakto nahi kintu pāpaṁ vinā sarvvaviṣaye vayamiva parīkṣitaḥ|
Meskipun Imam Agung kita itu ada di surga, Dia bisa turut merasakan semua kelemahan kita, karena Dia pernah hidup di dunia ini dan mengalami segala macam pencobaan sama seperti kita. Bedanya, Dia tidak pernah berdosa.
16 ataeva kṛpāṁ grahītuṁ prayojanīyopakārārtham anugrahaṁ prāptuñca vayam utsāhenānugrahasiṁhāsanasya samīpaṁ yāmaḥ|
Jadi, hendaklah kita menghadap takhta Allah tanpa rasa takut, karena Dia menerima kita dengan kebaikan hati-Nya. Pada saat kita memerlukan pertolongan, Allah akan berbelas kasih dan menunjukkan kebaikan hati-Nya kepada kita.

< ibriṇaḥ 4 >