ⲚⲒⲢⲰⳘⲈⲞⲤ 4
Mari kita lihat Abraham, sebagai contoh. Dari sudut pandang manusia, dia adalah leluhur bangsa kita. Mari tanyakan, “Apa saja yang sudah dia alami?”
Sebab jika Abraham dianggap benar karena perbuatannya, maka dia memiliki alasan untuk menjadi sombong — tetapi tidak jika dilihat dari sudut pandang Allah.
Namun demikian, apa yang Kitab Suci katakan? “Abraham percaya kepada Allah, maka dia dianggap sebagai orang baik yang melakukan perbuatan yang benar.”
Seseorang yang bekerja pasti mendapatkan upahnya, dan hal itu tidak dihitung sebagai hadiah, tetapi sebagai hak sebab mereka sudah melaksanakan kewajiban mereka.
Tetapi Allah, yang membuat orang berdosa menjadi benar, menganggap mereka benar bukan karena mereka telah bekerja untuk itu tetapi karena mereka percaya kepada-Nya. Itu sebabnya
Daud berbicara tentang kebahagiaan dari mereka yang Allah anggap sebagai orang benar, dan bukan karena mereka berusaha menjadi orang benar:
“Betapa bahagianya orang-orang yang diampuni kesalahannya, dan ditutupi dosa-dosanya.
Betapa bahagianya orang-orang yang Allah anggap tidak berdosa.”
9 ⲑ̅ ⲡⲁⲓⲙⲁⲕⲁⲣⲓⲥⲙⲟⲥ ⲟⲩⲛ ⲁϥⲭⲏ ⳿ⲉϫⲉⲛ ⳿ⲡⲥⲉⲃⲓ ϣⲁⲛ ⳿ⲉϫⲉⲛ ϯⲙⲉⲧⲁⲧⲥⲉⲃⲓ ⲧⲉⲛϫⲱ ⲅⲁⲣ ⳿ⲙⲙⲟⲥ ϫⲉ ⲁⲩⲉⲡ ⳿ⲫⲛⲁϩϯ ⳿ⲛⲁⲃⲣⲁⲁⲙ ⲛⲁϥ ⲉⲩⲙⲉⲑⲙⲏⲓ.
Apakah berkah ini khusus hanya untuk orang Yahudi, ataukah bisa juga untuk mereka yang bukan orang Yahudi? Kita baru saja menyatakan bahwa Abraham diterima sebagai orang yang benar dan baik karena dia percaya kepada Allah.
Tetapi kapankah hal ini terjadi? Sesudah Abraham menjadi orang Yahudi atau sebelumnya?
11 ⲓ̅ⲁ̅ ⲟⲩⲟϩ ⲁϥϭⲓ ⳿ⲛⲟⲩⲙⲏⲓⲛⲓ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲡⲥⲉⲃⲓ ⲟⲩ⳿ⲥⲫⲣⲁⲅⲓⲥ ⳿ⲛⲧⲉ ϯⲙⲉⲑⲙⲏⲓ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲫⲛⲁϩϯ ⲑⲏⲉⲧϧⲉⲛ ϯⲙⲉⲧⲁⲧⲥⲉⲃⲓ ⲉⲑⲣⲉϥϣⲱⲡⲓ ⳿ⲛⲓⲱⲧ ⳿ⲛⲟⲩⲟⲛ ⲛⲓⲃⲉⲛ ⲉⲑⲛⲁϩϯ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϩⲓⲧⲉⲛ ϯⲙⲉⲧⲁⲧⲥⲉⲃⲓ ⳿ⲉ⳿ⲡϫⲓⲛⲧⲟⲩⲱⲡ ⳿ⲛⲟⲩⲙⲉⲑⲙⲏⲓ ⲛⲱⲟⲩ.
Itu sebenarnya sebelum dia menjadi seorang Yahudi dengan disunat, yang merupakan konfirmasi dari kepercayaannya kepada Allah untuk membuat dia benar. Peristiwa ini terjadi sebelum dia melakukan sunat, sehingga dia menjadi nenek moyang bagi setiap orang yang percaya kepada Allah dan dianggap benar oleh Allah, sekalipun mereka tidak menyunatkan diri mereka seperti orang Yahudi.
12 ⲓ̅ⲃ̅ ⲟⲩⲟϩ ⳿ⲛⲓⲱⲧ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲡⲥⲉⲃⲓ ⳿ⲛⲛⲓ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϧⲉⲛ ⳿ⲡⲥⲉⲃⲓ ⳿ⲙⲙⲁⲩⲁⲧⲟⲩ ⲁⲛ ⲁⲗⲗⲁ ⲛⲉⲙ ⲛⲏⲉⲑⲙⲟϣⲓ ϩⲓ ⲛⲓϣⲉⲛⲧⲁⲧⲥⲓ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲫⲛⲁϩϯ ⲉⲧϧⲉⲛ ϯⲙⲉⲧⲁⲧⲥⲉⲃⲓ ⳿ⲛⲧⲉ ⲡⲉⲛⲓⲱⲧ ⲁⲃⲣⲁⲁⲙ.
Abraham juga menjadi nenek moyang dari orang Yahudi yang disunat bukan hanya karena mereka disunat, tetapi karena mereka mengikuti contoh nenek moyang Abraham untuk percaya kepada Allah sebelum dia disunat.
13 ⲓ̅ⲅ̅ ⲟⲩ ⲅⲁⲣ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϩⲓⲧⲉⲛ ⲡⲓⲛⲟⲙⲟⲥ ⲁⲛ ⲁⲩϯ ⳿ⲙⲡⲓⲱϣ ⳿ⲛⲁⲃⲣⲁⲁⲙ ⲓⲉ ⲡⲉϥ⳿ϫⲣⲟϫ ⲉⲑⲣⲉϥϣⲱⲡⲓ ⲉϥⲟⲓ ⳿ⲛ⳿ⲕⲗⲏⲣⲟⲛⲟⲙⲟⲥ ⳿ⲛⲧⲉ ⲡⲓⲕⲟⲥⲙⲟⲥ ⲁⲗⲗⲁ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϩⲓⲧⲉⲛ ϯⲙⲉⲑⲙⲏⲓ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲫⲛⲁϩϯ.
Janji Allah kepada Abraham dan keturunannya adalah dunia akan menjadi miliknya bukan karena Abraham taat kepada hukum Taurat, tetapi karena dia dibuat benar melalui kepercayaannya kepada Allah.
14 ⲓ̅ⲇ̅ ⲓⲥϫⲉ ⲅⲁⲣ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϩⲓⲧⲉⲛ ⳿ⲫⲛⲟⲙⲟⲥ ⲛⲉ ⲛⲓ⳿ⲕⲗⲏⲣⲟⲛⲟⲙⲟⲥ ϩⲁⲣⲁ ⲁϥϣⲱⲡⲓ ⲉϥϣⲟⲩⲓⲧ ⳿ⲛϫⲉ ⲡⲓⲛⲁϩϯ ⲟⲩⲟϩ ⲁϥⲕⲱⲣϥ ⳿ⲛϫⲉ ⲡⲓⲱϣ.
Karena jika warisan yang dijanjikan itu didasarkan pada ketaatan pada hukum Taurat, maka masalah percaya kepada Allah tidak perlu, dan janji itu tidak ada gunanya.
Karena hukum Taurat menghasilkan hukuman — tetapi jika tidak ada hukum Taurat maka hukum itu tidak dapat dilanggar.
16 ⲓ̅ⲋ̅ ⲉⲑⲃⲉ ⲫⲁⲓ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϩⲓⲧⲉⲛ ⲟⲩⲛⲁϩϯ ϩⲓⲛⲁ ⲕⲁⲧⲁ ⲟⲩ⳿ϩⲙⲟⲧ ⲉⲑⲣⲉϥϣⲱⲡⲓ ⳿ⲛϫⲉ ⲡⲓⲱϣ ⲉϥⲧⲁϫⲣⲏⲟⲩⲧ ⳿ⲙⲡⲓ⳿ϫⲣⲟϫ ⲧⲏⲣϥ ⳿ⲙⲫⲏⲉⲧϣⲟⲡ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϧⲉⲛ ⲡⲓⲛⲟⲙⲟⲥ ⳿ⲙⲙⲁⲩⲁⲧϥ ⲁⲛ ⲁⲗⲗⲁ ⲛⲉⲙ ⲫⲏⲉⲧϣⲟⲡ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϧⲉⲛ ⳿ⲫⲛⲁϩϯ ⳿ⲛⲁⲃⲣⲁⲁⲙ ⲉⲧⲉ ⲡⲉⲛⲓⲱⲧ ⲧⲏⲣⲉⲛ ⲡⲉ.
Jadi janji itu berdasarkan kita percaya kepada Allah. Diberikan sebagai hadiah, mendapatkan kepastian bagi semua anak-anak Abraham — bukan hanya untuk mereka yang mengikuti hukum Taurat, tetapi juga mereka yang percaya seperti Abraham, nenek moyang kita semua.
17 ⲓ̅ⲍ̅ ⲕⲁⲧⲁ⳿ⲫⲣⲏϯ ⲉⲧ⳿ⲥϧⲏⲟⲩⲧ ϫⲉ ⲁⲓⲭⲁⲕ ⳿ⲛⲓⲱⲧ ⳿ⲛⲟⲩⲙⲏϣ ⳿ⲛⲉⲑⲛⲟⲥ ⳿ⲙⲡⲉ⳿ⲙⲑⲟ ⳿ⲙⲫϯ ⲫⲏⲉⲧⲁϥⲛⲁϩϯ ⳿ⲉⲣⲟϥ ⲫⲏⲉⲧⲧⲁⲛϧⲟ ⳿ⲛⲛⲓⲣⲉϥⲙⲱⲟⲩⲧ ⲟⲩⲟϩ ⲉⲧⲑⲱϩⲉⲙ ⳿ⲛⲛⲏⲉⲧⲉ ⳿ⲛⲥⲉϣⲟⲡ ⲁⲛ ⳿ⲙ⳿ⲫⲣⲏϯ ⲛⲉ ⲉⲩϣⲟⲡ.
Seperti yang dikatakan Kitab Suci, “Aku telah menjadikanmu bapak dari banyak bangsa.” Sebab di hadapan Allah, Abraham percaya kepada Allah yang bisa membangkitkan orang mati dan menciptakan segala sesuatu yang ada dari ketiadaan.
18 ⲓ̅ⲏ̅ ⲫⲏ ⳿ⲉⲛⲁϥⲟⲓ ⳿ⲛⲁⲧϩⲉⲗⲡⲓⲥ ⲉⲩϩⲱⲃ ⲁϥⲛⲁϩϯ ⲉⲩϩⲉⲗⲡⲓⲥ ⲉⲑⲣⲉϥϣⲱⲡⲓ ⳿ⲛⲓⲱⲧ ⳿ⲛⲟⲩⲙⲏϣ ⳿ⲛⲉⲑⲛⲟⲥ ⲕⲁⲧⲁ⳿ⲫⲣⲏϯ ⲉⲧⲁⲩϫⲟⲥ ⲛⲁϥ ϫⲉ ⲉⲣⲉ ⲡⲉⲕ⳿ϫⲣⲟϫ ⲉϥ⳿ⲉϣⲱⲡⲓ ⳿ⲙⲡⲁⲓⲣⲏϯ.
Sekalipun Abraham tidak memiliki harapan di mata manusia, tetapi dia tetap berharap kepada Allah, sehingga bisa menjadi ayah dari segala bangsa, seperti yang Allah janjikan kepadanya: “Sebanyak inilah jumlah keturunanmu!”
19 ⲓ̅ⲑ̅ ⲟⲩⲟϩ ⲉⲧⲉ ⳿ⲙⲡⲉϥϣⲱⲛⲓ ϧⲉⲛ ⲡⲓⲛⲁϩϯ ⳿ⲉⲁϥϯⲛⲓ⳿ⲁⲧϥ ⳿ⲙⲡⲉϥⲥⲱⲙⲁ ⲁϥϫⲉⲙϥ ϩⲏⲇⲏ ⲁϥⲙⲟⲩ ⲁϥ⳿ⲓ ⳿ⲛ⳿ϩⲣⲏⲓ ϧⲉⲛ ⲛⲁⲩ ⲣ̅ ⳿ⲛⲣⲟⲙⲡⲓ ⲛⲉⲙ ϯⲕⲉⲙⲉⲧⲣⲉϥⲙⲱⲟⲩⲧ ⳿ⲛⲧⲉ ⳿ⲑⲙⲏⲧⲣⲁ ⳿ⲛⲥⲁⲣⲣⲁ.
Abraham tetap percaya kepada Allah sekalipun secara jasmani dia sudah tidak mungkin memiliki keturunan (usia Abraham saat itu sudah 100 tahun), dan tahu bahwa Sarah juga sudah terlalu tua untuk memiliki anak-anak.
Abraham berpegang pada janji Allah — dan dia tidak pernah meragukannya. Sebaliknya dia semakin percaya kepada Allah, dan memberikan segala kemuliaan kembali kepada Allah.
Dia sungguh-sungguh percaya bahwa yang sudah Allah janjikan, maka Allah akan sanggup tepati.
Itu sebabnya Allah menganggap Abraham sebagai orang benar.
Perkataan “Abraham dianggap sebagai orang benar” bukan ditulis hanya untuk dia saja.
24 ⲕ̅ⲇ̅ ⲁⲗⲗⲁ ⲛⲉⲙ ⲉⲑⲃⲏⲧⲉⲛ ϩⲱⲛ ϧⲁ ⲛⲏⲉⲧⲁⲩⲟⲡⲥ ⲛⲱⲟⲩ ⲛⲏⲉⲑⲛⲁϩϯ ⳿ⲉⲫⲏⲉⲧⲁϥⲧⲟⲩⲛⲟⲥ Ⲓⲏ̅ⲥ̅ Ⲡⲭ̅ⲥ̅ ⲡⲉⲛ⳪ ⳿ⲉⲃⲟⲗ ϧⲉⲛ ⲛⲏⲉⲑⲙⲱⲟⲩⲧ.
Tetapi itu juga untuk kita, bagi kita yang akan dianggap benar, sebab kita percaya kepada Allah yang sudah menghidupkan kembali Allah kita Yesus dari antara orang mati.
Yesus diserahkan untuk mati bagi dosa-dosa kita, dan dibangkitkan untuk membuat kita benar.
